Stadion Manahan Solo - NET |
Dua tahun lalu, Timnas di bawah asuhan Wim Rijsbergen membantai tamunya Palestina dengan skor mencolok 4-1 di hadapan puluhan ribu penonton yang menyesaki Manahan. Tampaknya memori tersebut bakal kembali diinginkan Greg Nwokollo dkk saat menghadapi Filipina nanti. Stadion Manahan seolah memiliki aura positif bagi Timnas Indonesia.
Kondisi ini kembali menunjukkan bahwa Stadion Manahan begitu erat dengan Timnas. Pasalnya, diantara stadion-stadion megah di Indonesia setelah Gelora Bung Karno, Stadion Manahan menjadi pilihannya menjadi rumah kedua. Hal ini menandakan, Manahan memang lebih memesona dibandingkan sejumlah Stadion “megah” yang dimiliki beberapa kota di Indonesia.
Stadion Maguwoharjo Sleman misalnya, yang cukup dekat jaraknya dengan Kota Solo. Maguwoharjo International Stadium (MIS) yang saat ini memiliki predikat Internasional pun, sama sekali tak mendapat perhatian dari Timnas. Bahkan secara kapasitas kursi, Maguwo jauh lebih unggul dibandingkan Manahan. Stadion milik klub PSS Sleman ini memiliki 40 ribu tempat duduk. Jauh dibandingkan Manahan yang hanya berkapasitas 24 ribu kursi.
Namun dengan segala pengalaman dan infrastruktur yang lebih baik, menjadi daya tarik Stadion Manahan ketimbang Maguwoharjo. Apalagi bukan barang baru, Manahan menggelar laga Internasional. Sejumlah pertandingan Liga Champions Asia dan Piala AFC pun digunakan Persik Kediri dan Persibo Bojonegoro dengan memilih Manahan.
Apalagi tingkat pengamanan sebuah pertandingan jelas menjadi yang utama, dan hal tersebut menjadi keunggulan Manahan. Kesigapan panpel dan keamanan saat pertandingan di Manahan, memang jarang ditemui di Stadion lain di Indonesia. Tak jarang sejumlah pelatih klub di Indonesia selalu menyebut “aman” bila bermain di Stadion Manahan. Ditambah lagi animo penonton saat menyaksikan pertandingan di Stadion Manahan selalu berjalan luar biasa dan tertib.
Bulan Juni lalu, sebuah pemandangan tak sewajarnya terjadi di Stadion Maguwoharjo saat PSS Sleman bertanding melawan Persis Solo. Sebuah laga penuh rivalitas dan emosional. Namun sayang, perilaku suporter tuan rumah tak mencerminkan tindak sportif. Lemparan demi lemparan mulai dari petasan, batu, hingga botol minuman keras (bir) menghujani pemain lawan. Bagaimana bila hal itu terjadi di tengah-tengah pertandingan Timnas Indonesia?
“Saya rasa ada kepuasan tersendiri bermain ke sini (Stadion Manahan), baik PSSI maupun tim lain. Kalau Maguwoharjo (MIS) memang saya akui stadionnya bagus. Namun akses dan tingkat keamanannya juga belum terjamin. Belum lagi mungkin panpel disana belum teruji dimata PSSI,” terang Ketua Panpel Lokal Solo, Paulus Haryoto, Minggu (28/7).
Hal itu diakui Paulus, menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Solo memiliki Stadion Manahan. Dilihat dari tipe Stadion memang tak semodern Stadion milik kota lain, namun daya tarik Manahan memang masih memesona bagi Timnas Indonesia maupun klub lain.
“Mungkin itulah yang jadi pilihan utama mereka memilik Manahan. Beberapa tahun terakhir, laga-laga final Liga Indonesia maupun Divisi Utama selalu digelar di Manahan daripada stadion lain. Termasuk pertandingan Liga Champions Asia, Stadion Manahan selalu menjadi pilihan utama,” pungkas Paulus.[timlo.net]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar